Patutnya saya tengah tidur tapi tiada selera, pesan kawan untuk beli makanan tetapi tidak tahu bila dia pulang, rasanya macam nak balik kampung tapi masa pulak belum hampir, tempoh makin suntuk, langkah tak dapat diundur, tiada romantis seperti menuju ke matahari terbenam, cuma kosong dan sayu serta kotak-kotak yang perlu dicari untuk diisi.
Malam tadi, saya berdiri atas rostrum, rasa kelakar bila mendengar suara sendiri keluar dari pembesar suara, Adakah mereka benar-benar mendengar ataupun saya tidak lebih dari pak lawak yang tegak di atas pentas. Kenapa tidak sahaja saya bersembunyi, berdiri balik tiang. Akan juga saya sembunyikan bayang agar tidak ada yang dapat lihat. Halimunan, langsung tiada siapa yang tahu.
Dalam tempoh yang terlalu singkat, saya terlalu berkejaran. Diselangi dengan waktu mayat yang menutup kerandanya sendiri. Sengaja situasi yang kompleks itu berdiri di sebalik ketenangan yang tidak menggambarkan sebarang rasa. Bila ketawa, saya hilai bersama, bila kecewa, saya mengalir air mata. Diri yang langsung tidak dapat dikenali.
Namun katakan ada bintang mencelah, sejahtera ingin saya ucapkan bagi takdir yang tetap menentukan. Saya tetap insan dahulu, terlalu banyak dosa dan terlalu kecil pahala. Cuma kini saya menunggu di bawah pohon di sebuah taman. Masa depan bukannya pasti, namun masih tetap bermimpi.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment